- Modus mengaku duda Warga Sumber gede Cabuli anak dibawah umur hingga Hamil 7 Bulan.dan berusaha di gugurkan.
- Puluhan Rumah Di Sukoharjo Rusak parah akibat terjangan puting beliung.
- POLRES LAMPUNG TIMUR SELIDIKI DUGAAN UJARAN KEBENCIAN DI MEDSOS TERHADAP SALAH SUKU DI LAMPUNG TIMUR
- Kuasa Hukum Antonius Laporkan pencatut Nama Bupati Lamsel terkait Iming2 proyek.
- Ombusdman perwakilan Lampung,Siap Tindaklanjuti dugaan pungutan di SMA/SMK seLampung.
Produk UMKM Unjuk Gigi di Pameran Virtual TNWK

Lampung Timur,Lantainews.com – Untuk mengurangi aktifitas ilegal di dalam hutan, pihak Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan sejumlah mitra konservasi yang mendampingi warga penyangga, berupaya merubah pola pikir warga dengan memberikan beberapa pelatihan usaha yang bisa menghasilkan uang. Rabu, 23 Desember 2020.
Saat pameran virtual di desa Labuhan Ratu VI ,Amri, kepala balai TNWK mengatakan masyarakat desa penyangga akan dilibatkan sepenuhnya dalam pengelolaan wisata di pinggir hutan supaya masyarakat penyangga memiliki pekerjaan sampingan yang menghasilkan uang sekaligus turut menjaga kelestarian hutan.
Menurutnya, selain wisata, pihak TNWK juga akan melibatkan masyarakat dalam penanganan konflik gajah liar merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat.
“saat ini Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang tergabung menjadi mitra jumlah nya 216 orang. Dengan upah kerja 240 ribu per bulan. Namun, bukan nilai upah nya yang berarti, tetapi bentuk partisipasi masyarakat terhadap hutan yang kami harapkan”. Katanya
Sementara itu, Koordinator mitra konservasi Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCSIP), Sugio, menjelaskan bahwa sejak tahun 2013 mitra konservasi mulai melakukan pemberdayaan kepada warga penyangga hutan TNWK dengan meningkatkan kreatifitas dengan memanfaatkan bahan alam seperti tempurung kelapa yang dijadikan aneka pernak pernik berbentuk gajah, burung maupun lainnya. Selain itu, warga juga mulai di doktrin dengan membuat aneka produk kuliner yang bisa di jadikan penghasilan.
“Saat ini yang sudah digeluti warga penyangga yaitu dengan membuat bahan makanan “tiwul”, madu hasil budidaya sendiri dan berbagai kuliner ringan dari bahan singkong dan sejenisnya. Selain itu, warga penyangga juga dibekali pemahaman ekonomi tentang budidaya ternak baik jenis unggas maupun ikan tawar”. Kata Sugio.
Irwansyah